[JSSeries] Just Before Shock

Title : Just Before Shock

images

Author : inthahindah

Length : Drabble, series

Genre : Sad, life, galau (?)

Cast : Cho Hyesa (OC)

Jang Hyunseung (Beast)

Poster : Credit as tag! Just stole it from Google 😀

Disclaimer : This story really mine!!! There is no relationship between title of the story with Beast’s song. Hanya sebuah kegalauan yang ternyata menjadi nyata.

Read first :

[JSSeries] Will You Be Okay?

[JSSeries] Break Down

*** Happy Read ***

Sebagian sisi hatiku merasa menyesal telah terlalu yakin pada harapanku. Mungkin inilah yang selalu dikatakan Eomma, agar aku tak berharap terlalu tinggi agar tak terjatuh terlalu sakit.

Sayangnya, aku tak sekalipun pernah mengindahkan nasehatnya.

Dan kini, aku tahu rasanya terhempas, bukan hanya sekedar terluka.

Dia, dengan gerak penuh semangatnya, dan dengan suara indahnya, tetap tak mampu menunjukkan padaku bahwa dia baik-baik saja. Acap kali kutangkap beberapa isyarat dari anggota lain agar tetap berdampingan, tetapi ia lebih memilih bergerak mengikuti nalurinya.

Ketika akhirnya tanpa sengaja mataku dan retinanya bertubrukan, secara refleks bibirku bergumam membentuk kalimat sederhana, “Oppa, hymneyo, jebal,” yang entah ditangkap atau tidak olehnya.

Setelahnya, kutundukkan wajahku. Memilih hanya menatap lantai stadium yang dipenuhi hiruk-pikuk penggemar lainnya.

Dan entah bagaimana, aku sudah menyeka bulir-bulir yang mengalir dari mataku.

Untuk apa aku menangisi orang yang bahkan belum kumengerti sepenuhnya jika bukan karena cinta?

———————————–

Aku tidak pernah berpikir akan memiliki kesempatan menemuinya secara langsung.

Aku bahkan tidak berani berharap.

Tapi menemukannya, di tengah temaram malam, di tempat yang sama sekali tak pernah kubayangkan, merupakan mukjizat yang tak kubayangkan.

Ia berselonjor kaki di antara jungkat-jungkit di taman kecil di kompleks rumahku. Sama sekali tidak menggerakkan atau memainkkannya. Ia hanya duduk diam, dan nelangsa, kurasa.

Aku diam. Menimbang apakah harus menyapanya, atau justru berpura-pura bahwa aku tak mengenalnya. Ayolah, Hyesa, dia tak mungkin ingat pada seorang penggemar yang secara kebetulan bertemu mata dengannya semalam, bukan?

Aku meremas tanganku perlahan, kemudian memasukkannya ke dalam saku jaket yang kukenakan. Malam tak benar-benar dingin, tapi juga tak cukup baik untuk mengenakan pakaian terbuka.

Dan di sana, ia hanya mengenakan kaos lengan pendek hitam dengan jins selutut senada. Tanpa jaket, syal, atau bahkan masker dan topi untuk menyamar.

Kulangkahkan kakiku perlahan, masih enggan untuk beranjak. Namun entah bagaimana, pikiranku untuk mendekatinya lebih mendominasi.

“Jang Hyunseung-gun?” sapaku ragu. Masih beberapa langkah lagi untuk lebih dekat dengannya, dan kebulatan pikiran yang tadinya mendominasi otakku lenyap tak berbekas, menyisakan jarak yang masih cukup untuk membuatku pergi jika kutangkap ia tak ingin diganggu.

Tapi ia menoleh. Dan terkejut. Juga sumringah. Kenapa seperti ada kupu-kupu yang menari di sekitarku?

“Ah, hai. Konbanwa.”

Ia membungkukkan badannya sembari berdiri dengan sumringah. Terlalu, bahkan.

Dan lagi-lagi, aku meringis menahan sakit.

Aku membalas salamnya. “Annyeong hasimnikka,Jang Hyunseung-sshi.”

Ia tertegun. Kemudian tersenyum lagi. Sekali lagi, terlalu lebar.

“Aku juga orang Korea, tetapi tumbuh di Jepang.” Sambungku lagi.

Ia masih mempertahankan wajah itu.

Apa setiap artis memang harus memasang topeng seperti itu jika bertemu orang lain? Tidakkah mereka sadar bahwa wajah mereka benar-benar aneh?

Aku menghela nafas kasar.

Harusnya aku berpura-pura tidak melihatnya saja.

“Chosunghamnida. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku juga tidak tahu itu kau. Aku hanya memastikan saja. Silahkan lanjutkan!”

Kubungkukkan sekali lagi tubuhku sebagai tanda pamit. Aku hampir menghilang darinya ketika menangkap suaranya yang bahkan lebih terdengar seperti gumaman.

“Bukankah kau yang menonton konser semalam dan menggumamkan kalimat hymne itu?” tanyanya.

Aku tertegun.

Dia bukan hanya mengingat wajahku, tetapi juga menangkap isyaratku?

Mengapa aku berbunga-bunga hanya karena ini?

Aku menghentikan langkahku, kemudian memutuskan untuk kembali menghadap wajahnya. “Ye.” jawabku singkat.

Ia menatapku aneh. “Kenapa kau melakukannya?”

“Ye?” tanyaku tak kalah aneh. Memangnya apa yang salah dengan penggemar yang menonton idolanya? Perlukah alasan lain?

“Kenapa kau memberiku isyarat agar bersemangat?” ulangnya, menyadari aku bingung makna pertanyaan sebelumnya.

Aku mendengus pelan.

Dan memutuskan untuk jujur. Memangnya aku akan bertemu lagi dengannya? Sekarang saja lebih baik.

“Mungkin, karena aku lelah melihatmu memasang wajah bodoh seperti yang kau lakukan ketika kusapa tadi. Atau karena aku terlalu menyukai Beast sehingga seolah mampu mengerti bahwa kalian tidak sedang baik-baik saja. Mungkin juga karena aku terlalu terluka ketika memikirkan banyak kemungkinan buruk tentang yang akan terjadi.” ungkapku.

Ia tertegun. Tegang. Dan memerah, entah malu atau marah.

Dan aku sudah hampi menangis ketika memutuskan untuk mengakhir pertemuan kami dengan ucapanku. “Atau bisa jadi, karena semua kemungkinan yang kupikirkan akan terjadi. Melihat reaksimu sekarang. Selamat malam, Jang Hyunseung-sshi.”

Dan kali ini, aku tak lagi melangkah pelan. Melainkan berlari lebar.

Sangat lebar.

Dengan bulir-bulir yang kembali berhamburan.